Cerita Sex Buat Bahan Coli - Bercinta Dengan IGO SMU yang Memeknya Sempit !
IDBSex - Cerita ini bemula ketika aku ingin menjemput pacarku saat pulang sekolah, tubuhnya seksi membuatku pengen bercinta dengannya setiap hari. Ga usah panjang lebar lagi , langsung saja baca di bawah ini yukk..
Cerita Sex Buat Bahan Coli - Sisca atau panggilannya Ica, gadis berkulit putih, tinggi 168 cm, berat 52 kg dan ukuran payudaranya saya perkirakan 36B, betul-betul anak SMU yang baru berkembang. Awal perkenalan saya dengan Ica, kami janji bertemu di rental internet favorit saya dekat mall.
“Hallo.. Om yang namanya Ivan?” tanya seorang gadis SMU pada saya.
“Iya.. Sisca ya?” tanya saya kembali padanya sambil memperhatikan wajahnya yang manis, rambut hitam lurus sebahu dan masih memakai seragam SMU-nya.
“Lagi ngapain Om?” tanyanya sambil duduk di kursi sebelah saya.
“Lagi liat email yang masuk nich, panggil aja Ivan ya” pintaku.
“Ya, panggil juga saya dengan Ica” jawabnya sambil mepet melihat ke arah monitor komputer.
“Okey, Ica bolos sekolah ya, jangan keserinngan bolos loh” nasehatku.
“Enggak kok, wong nggak ada guru, lagi ada rapat tuch”
Wangi juga bau parfumnya, mana rok abu-abunya span lagi, si Ivan.Jr jadi bangkit nich. Wah, kalo bisa making love sama Ica, asyik juga.. Huh dasar lagi mumet nich otak, maunya si Ivan.Jr saja.
“Ivan, Ica boleh tanya nggak?”
“Boleh aja, Ivan itu orangnya terbuka kok Ca fair, mau nanya apa?”
“Kalo tamu ceweknya Ivan ngajak jalan-jalan, bayar nggak?”
“Oh itu, ya terserah ceweknya, pokoknya keliling Lombok ditanggung senang dech”
“Masalah hotel, akomodasi dan lain-lain ditanggung tamu, gitu”
“Kalo making love gimana?” tanya Ica antusias.
“Kalo making love sich, terserah tamunya, kalo suka sama Ivan, ayo aja”
“Biasanya Ivan selama ini dibayar berapa sich?”
“Ya, kira-kira lima ratus ribu sampai satu jutaan”
“Itu berapa hari?”
“Terserah tamunya aja mau berapa hari, okey, puas?”
“Mmh..” guman Ica seperti ingin menanyakan sesuatu tapi ragu-ragu.
“Kalo Ica udah pernah dicium belum atau udah pernah making love?” tanyaku.
“Ih, si Om nanyanya gitu”
“Ah, nggak usah malu sama Ivan , ceritain aja”
“Belum sich van, cuma kalo nonton BF sering”
“Jangan ditonton aja, praktek dong sama pacar” tantang saya sambil menepuk pundaknya.
“Pacarnya Ica itu agak aneh kok”
“Gimana kalo praktek sama Ivan, ditanggung senang dan tidak bakalan hamil”
“Hush, jangan aneh-aneh Di, Ica udah punya pacar lho”
“Nggak aneh kok, kalo praktek pacar-pacaran” rayu saya, sepertinnya ada peluang nich. Saya harus merayunya supaya Ica tidak ragu-ragu lagi.
“Iya sich, tapi..” jawabnya ragu-ragu.
Setelah selesai membalas email yang masuk, saya berencana mengajak Ica ke pantai Senggigi, siapa tahu ada kesempatan, ya nggak pembaca. Ternyata Ica itu tinggal bersama ibunya yang masih berusia 47 tahun dan suaminya tugas keluar pulau selama beberapa bulan.
“Mau nggak ke pantai jalan-jalan, tadi Ica naik apa?”
“Naik mobil, pake mobil Ica aja” ajaknya bersemangat sambil menggandeng tangan saya seperti Om dan keponakannya.
Ternyata mobilnya memakai kaca rayban gelap dan ber-AC lagi, jadi siang itu kami meluncur ke pantai senggigi dan sebelumnya kami membeli beberapa camilan dan saya juga membeli kondom, biasa.. he.. he..
Ica menjalankan mobil dengan santai, tapi saya jadi tegang terutama si Ivan.Jr dan bukan mobilnya yang jalan santai yang membuat saya tegang, rok abu-abunya itu lho. Sudah span, pas duduk dalam mobil otomatis bertambah pendek saja hingga memperlihatkan setengah bagian pahanya yang putih mulus dan masih kencang.
“Eh, van,kok bengong, ngelamun jorok ya?”
“Eh.. Eh.. Nggak juga” jawab saya tergagap-gagap.
“Terus kenapa Liatin pahanya Ica terus”
“Badanmu itu bagus kok, rajin fitnes ya?”
“Pasti, supaya badan Ica tetap fit dan seksi. Gimana, seksi nggak?” tanyanya tersenyum.
“Seksi bo! Eh Ica parkir aja yang di pojok tuch” tunjukku pada sebuah pojokan, agak menjauh dari jalan raya dan terlindungi oleh pepohonan, asyik nih siapa tahu bisa indehoy.
“Bagus juga tuch tempatnya” jawab Ica setuju sambil memarkirkan mobilnya hingga pas dengan lebatnya pepohonan, yang kalau dari jalan raya tidak kelihatan dan juga tempatnya sepi, jauh dari pemukiman dan lalu lalang orang, paling-paling orang yang berjalan di pantai, itupun agak samar-samar.
Mudah-mudahan pembaca tidak bingung membayangkan ilustrasi tempat yang saya ceritakan. Setelah Ica parkir, kami saling curhat tentang masalah pribadi Ica yang belum pernah making love dan ibunya yang sering kesepian ditinggal suaminya pergi.
“Ngomongnya nggak enak ya kalo kita berjauhan begini”
“Maksud Ivan.. ?"
"Ïca duduk aja dekat Ivan”
“Tapi kursi itu kan cuma satu”
“Ayo dong Ica, duduk sini kupangku” rayu saya sambil menarik tangan kanannya.
“Malu ah, dilihat orang” jawabnya ragu-ragu sambil melihat ke arah pantai.
“Berarti kalau nggak ada orang nggak malu dong” ujarku sambil menarik tangannya agar mendekat pada saya.
“Ya.. Nggak gitu” jawabnya ragu-ragu.
“Saya udah jinak kok apalagi si Ivan.Jr ini paling jinak” goda saya lagi sambil menunjuk kontol saya yang sudah agak menggembung.
“Ih jorok ih” jawabnya tertawa pelan.
“Mau nggak?”
“Emm.. Bagaimana ya”
“Mau dech..” dan akhirnya dengan paksaan sedikit dan si Ica yang ragu-ragu untuk duduk, saya berhasil menariknya bahkan Ica duduk dengan sedikit ragu.
Saya pangku Ica sambil melihat kembali ke arah pantai. Posisi Ica yang saya pangku menyamping hingga kalau melihat ke pantai agak menoleh sedikit. Posisi itu sungguh enak dan kelihatan si Ica juga menikmatinya, kelihatan dari tangan kanannya yang melingkar pada bahu saya.
“Oh ya, Ivan mau nanya hal pribadi, boleh nggak?”
“Boleh aja, Ica itu orangnya terbuka kok” jawabnya sambil menggeser pantatnya supaya tidak terlalu merosot. Wah si Ivan.Jr saya jadi berdiri gara-gara si Ica memperbaiki posisi duduknya hingga pantatnya yang semok semakin mepet sama si Ivan.Jr .Coba pembaca bayangkan seperti posisi saya saat ditemani cewek SMU berumur 18 tahun yang bongsor dan seksi, pasti si Ivan.Jr mau berontak keluar, so pasti coy.
“Ica pernah nggak making love?”
“Mmh.. Gimana ya” jawab Ica ragu-ragu sambil menggigit jari kelingking tangan kirinya.
“Ceritain dong..” bujuk saya sambil mengelus pahanya yang masih terbungkus rok abu-abunya yang mini.
Lumayanlah sebagai permulaan pemanasan, ini kesempatan kalau Ica mau making love sama saya dan kalau tidak mau paling ditolak atau ditampar atau ditinggalkan, tapi dari perasaan saya sih, sepertinya mau.
“Pernah sih sama pacar, tapi itu dulu sebelum putus”
“Kok putus, kenapa emangnya?” tanyaku sambil tangan kiri saya memegang pinggangnya yang langsing.
“Sebetulnya Ica sayang sama dia, kalau cuma making love sich tidak apa-apa”
“Yang penting pake kondom supaya aman”
“Terus apa masalahnya?”
“Ya itu, making lovenya agak aneh, masak Ica diikat dulu”
“Wah, itu sich namanya ada kelainan namanya, harusnya dengan lembut”
“Oh ya, Ivan kalau making love sama tamunya secara lembut ya”
“Tentu saja, maka banyak cewek yang senang dengan cara yang romantis dan lembut”
“Asyik dong”
“Mau nyobain nggak?” tantang saya sambil mengelus tangan kirinya yang ternyata sangat halus.
Wuhh.. Maunya tuch” jawab Ica mencibirkan bibirnya yang seksi.
“Pegang aja boleh nggak ya?” tanya saya mengiba dan tangan kanan saya mulai mengelus-ngelus pahanya yang masih terbungkus seragam sekolahnya dengan lembut.
“Emh.. Gimana ya.. Dikit aja ya” jawab Ica mengejutkan saya yang tadinya cuma bercanda, eh tidak tahunya dapat durian runtuh.
“Ica, mau bagian mana dulu?” goda saya sambil mengelus punggungnya yang halus.
“Ih genit ah..” candanya manja.
Saya naikkan tangan kanan saya mencoba menjamah payudara kirinya yang masih terbungkus seragam sekolahnya dan kelihatannya tidak ada penolakan dari Ica. Dengan perlahan lehernya saya cium perlahan dan jamahan tangan saya berubah menjadi remasan supaya membangkitkan gairahnya. Ternyata Ica adalah tipe cewek yang libidonya cepat naik.
“Geli.. Van..” rintihnya pelan, tangan kirinya membantu tangan kanan saya untuk lebih aktif meremas payudara kiri dan kanannya secara bergantian. Lehernya yang putih saya cium dan jilat semakin cepat.
“Sst.. pe.. lan.. Di..”
Setelah beberapa menit, tiba-tiba Ica menurunkan tangan saya dan tangannya dengan terampil melepas tiga kancing atas bajunya serta mengarahkan tangan saya masuk ke dalam baju seragam SMU-nya dan tangan kirinya mengusap pipi saya.
Tangan kananku yang sudah separuh masuk baju seragamnya langsung masuk juga dalam BH-nya yang ternyata berwarna putih polos. Gundukan payudaranya ternyata sudah keras dan tanpa menunggu aba-aba saya remas payudaranya dengan perlahan, kadang-kadang saya pelintir puting susunya.
“Van.. Sst.. Mmh.. Yang ki.. ri.. sst..” rintihnya pelan takut kedengaran.
“Ica, boleh nggak saya ci..” belum sempat habis pertanyaan saya, Ica sudah mencium saya dengan lembut yang kemudian saya balas ciumannya.
Semakin lama lidah saya mencari lidah Ica dan kami pun berciuman dengan mesra, bahkan saling menjilat bibir masing-masing. Sambil berciuman, kancing baju atas seragam Ica yang tersisa itu pun langsung saya lepas hingga tampaklah payudaranya dengan jelas. Kembali saya cium payudaranya. Selama beberapa menit berciuman, kuluman dan hisapan pada putingnya membikin Ica bertambah merintih dan mendesis, untung saja pada saat itu masih sepi dan bukan hari libur atau hari minggu.
“Mmh.. gan.. ti.. sst.. kiri.. sstt..” rintih Ica memberi aba-aba sambil tangan meraih kepala saya dan menggeser serta menekan pada payudaranya.
“Ter.. Us.. Sst.. Di..”
Tangan kanan saya yang sedang berada di pusarnya turun merayap masuk ke dalam rok abu-abunya dan mengelus vaginanya yang masih terbungkus CD searah jarum jam.
“Sst.. Terus.. Di” rintih Ica yang ikut membantu menyingkapkan rok abu-abu SMU-nya ke atas hingga pantatnya yang putih menyentuh paha saya yang masih terbungkus celana jins.
Setelah beberapa saat, saya masukkan tangan kanan ke dalam CD putihnya yang ternyata ditumbuhi bulu halus yang terawat rapi dan saya usap beberapa menit.
“Sst.. Di.. Ge.. Li.. Mmh..” gumam Ica pelan sambil matanya menatap setengah sayu. Gerakan jari tangan saya keluar masukkan ke dalam vaginanya yang mulai basah.
“Mmh.. Sst.. Enak.. Di.. Te.. Rus.. Agak cepe.. tan.. Sst”
“Sst.. Ya.. Nah.. Sst.. Gitu” rintih Ica yang kelihatan mulai terangsang hebat.
Tangan kiri saya yang tadinya hanya mengusap-usap pinggangnya jadi aktif mengusap payudara kirinya dan saya percepat permainan tangan pada vaginanya dan tiba-tiba saja Lisa menjepit tangan saya dan disusul keluarnya cairan putih, berarti Lisa telah orgasme yang pertama.
“Mmh.. Nikmat juga ya rasanya Di” gumam Ica sambil memandangku sayu.
“Mau nggak ngerasain si Ivan.Jr?” bujuk saya melihat Ica yang sedang terangsang berat.
“Mmh..” gumannya pelan, agak ragu Ica menjawab tapi akhirnya Ica pindah ke belakang mobil, wah tambah asyik nich.
Saya juga berpindah ke belakang mobil sambil melepas celana jins serta CD saya hingga bagian bawah saya bugil dan atasnya masih memakai kaos, untuk berjaga-jaga siapa tahu ada orang lewat.
“Van.. Pelan aja” guman Ica pelan sambil melepas CD putihnya hingga Lisa sekarang bagian bawah atasnya juga bugil cuma memakai baju seragam SMU-nya tanpa BH.
“Ya, Sayang, kupakai kondom dulu ya supaya aman” jawab saya sambil mengambil posisi duduk menghadap ke depan dan mengarahkan Ica dalam posisi saya pangku serta menghadap saya. Pantatnya yang semok saya pegang dengan kedua tangan dan memberi arahan pada Ica. Agen Togel Terpercaya.
“Pegangin si Ivan.Jr, ya tangan kanan” pinta saya pada Ica yang memegang kontolku dan mengarahkan ke vaginanya yang masih sempit.
“Nanti Ica dorong ke bawah ya, kalau udah pas kontolnya”
“Aduh.. Sakit..” rintih Ica karena kontol saya meleset pada bibir vaginanya.
Kembali saya arahkan kontol pada lubang vaginanya, pada usaha keempat, bless akhirnya masuk kepala dulu.
“Sst.. Pe.. Lan.. Van..” Rintih Ica sambil memegang tangan kiri saya dengan tangan kanannya dan mengigit bibir bawahnya dengan pelan.
“Pertamanya sakit kok, tapi agak lama juga enak” rayu saya sambil mendorong pinggulnya ke bawah hingga lama kelamaan, bless..
“Akhh..” jerit Ica lirih karena kontol saya semuanya masuk dalam vaginanya.
“Gimana rasanya?”
“Sakit sich, tapi.. Geli..” gumam Ica mencium saya dengan lembut. Dengan perlahan saya sodok vaginanya naik turun hingga Ica mendesis lirih.
“Sst.. Agak.. ee.. tengah.. sst..” rintih Ica lirih sambil menggoyangkan pinggulnya hingga sodokan dan goyangan itu menimbulkan bunyi clop.. clop.. clop.., begitu kira-kira.
Semakin lama sodokan saya percepat disertai dengan goyangan Ica yang makin liar hingga tangan saya kewalahan menahan posisi vaginanya agar pas pada kontol saya yang keluar masuk makin cepat. Bahkan payudaranya bergoyang-goyang ke atas ke bawah, kadang membentur muka saya, sungguh nikmat sekali pembaca. Situs judi terpercaya
“Barengan ya keluarnya ya.. Mmh..” perintah saya pada Ica karena sepertinya lahar putih saya sudah sampai puncaknya, jadi saya berusaha bertahan beberapa menit lagi.
“Mmhm.. Sst.. Ya.. van..”
“Ce.. Petan.. Sst.. vannn...” rintih Ica sambil memeluk dan menjepit saya dengan keras. Rupanya Lisa sudah mencapai puncaknya dengan goyangannya yang makin keras.
“Ssrtss.. Seka.. Rang.. Sst.. Akhkk..” jerit Ica karena keluarnya cairan putih itu yang berbarengan dengan bobolnya pertahanan saya, secara bersaman kami saling memeluk menikmati sensasi yang luar biasa itu.
Beberapa saat kami masih berpelukan disertai tetesan keringat membasahi badan padahal mobil masih menjalankan AC-nya hampir full.
“Gimana rasanya, puas nggak” tanya saya sambil mencium bibirnya yang indah itu.
“Ternyata enak juga making love sama Om Ivan”
“Lain sama pacarnya Ica,agak kasar sich” celotehnya sambil melepaskan pelukan saya dan memakai kembali CD dan BH-nya yang berwarna putih itu, setelah Ica kembali memakai seragam sekolahnya dan tentu saya juga, jam telah menunjukkan pukul 11.45 siang.
“Sebagai tanda terima kasih, gimana kalau Om Ivan kutraktir”
“Boleh saja, sekarang kita kemana?” tanya saya melihat Ica menjalankan mobilnya menuju kota.
“Pulang dong” jawabnya manja.
“Lho, terus saya ngapain”
“Nanti kukenalin sama mamanya Ica dan adiknya Ica,mau nggak Om?”
“Okey..”
Ternyata Ica tinggal di perumahan mewah, pantas bawanya mobil. Tampak seorang wanita yang anggun dan cantik berusia kurang lebih 47 tahun sedang membaca sebuah majalah. Tapi yang menarik perhatian saya, baju longdress yang dikenakannya dengan belahan atas yang rendah hingga memperlihatkan payudaranya yang berwarna putih itu, mungkin lebih besar daripada punya Ica,tingginya kira-kira 163 cm/50 kg.
“Selamat siang Bu” sapa saya sopan.
“Selamat siang Pak” jawabnya ramah sambil bersalaman dengan saya.
“Ini Ma, guru privat matematika Ica yang baru, rencananya sich abis makan siang kita belajar”
“Oh ini to, yang namanya Pak Ivan yang sering diceritain Ica”
“E.. Eh.. Ya..” jawab saya tergagap-gagap karena begitu lihainya Lisa memperkenalkan saya sebagai guru privatnya, pelajaran matematika lagi, aduh.. gawat padahal saya tidak bisa apa-apa.
Setelah berbicara dengan ibunya mengenai les dan biaya tetek bengek lainnya, disepakati bahwa les privat cuma bisa saya lakukan dua minggu, itu pun harinya selang seling. Siang itu saya makan bersama Ica setelah ditinggal ibunya pergi keluar dan baru pulang sore hari. Ica sudah berganti pakaian dengan celana pendek dan kaos ketat khas ABG.
“Gila kamu Ica, nanti kalau ketahuan ibumu gimana?”
“Tenang aja Om, mama itu jarang kok nyampurin urusan Ica"
“Oh, gitu”
“Katanya Om mau ngajarin Ica” goda Ica penuh arti sambil mengerling nakal. Ini baru namanya surga dunia, setelah puas makan kami mengobrol sambil menonton film DVD yang dibawa Ica.
Selama dua minggu itu sebelum Ica akhirnya pindah ke Jakarta, kami sering making love tanpa sepengetahuan mamanya, pokoknya hampir tiap bertemu dengan berbagai posisi, yang sering di mobil, kamar tidur, kamar mandi, bahkan di suatu acara ulang tahun mamanya, saya diundang.
“Gimana Van, ramai nggak ulang tahun mama saya?”
“Wah, ramai sekali, pasti papamu pejabat ya?”
“Ah enggak kok, Papa itu pengusaha”
“Oh gitu” jawab saya sambil memperhatikan Ica yang malam itu memakai gaun yang sungguh indah, apalagi belahan atas gaunnya sungguh rendah hingga memperlihatkan payudaranya yang putih itu, mungkin tidak pake BH, gaunnya yang berwarna hijau cuma sebatas di atas lutut. Bahkan kalau Ica duduk dan saya perhatikan gaun bawahnya, mungkin dengan sengaja Lisa membuka gaun bawahnya hingga memperlihatkan CD-nya yang berwarna merah muda itu. Wow, sungguh membuat si Ivan.Jr berontak, tapi saya pura-pura cool saja
“Van, Ica lagi pengin nich, gimana?” tanya Ica tiba-tiba sambil mendekat pada saya.
“Kita cari ruangan yuk” ajak saya yang kebetulan tadi melihat ruangan dekat taman sedang kosong.
“Lho kok ke sini, apa tidak ke kamar?” tanya Ica heran.
“Bosan ah di kamar, cari variasi lain, mau nggak?”
“Ayo, cepetan waktunya mepet nich” gandeng Ica terburu-buru.
“Ica, kamu malam ini can..” belum sempat saya berkata romantis sudah dipotong Ica dengan ciumannya yang melumat bibir saya dengan ganas, kami pun berciuman dengan alot sambil tangan saya masuk ke belahan gaunnya dan meremas payudaranya dengan gemas.
“Mmh..” gumam Ica karena bibirnya sudah menyatu dengan bibir saya sambil tangannya membuka resleting celana panjang saya dan meremas-remas kontol saya yang sudah berdiri sejak tadi.
Beberapa menit kami saling melakukan ciuman dan remasan hingga akhirnya Ica mendorong saya perlahan.
“Ayo Di, buka celanamu” perintah Ica sambil melepas CD saya dan Ica mengambil posisi berjongkok untuk menghisap kontolku dengan sedotan yang agak keras.
“Pe.. Lan.. Aja..” pinta saya pada Ica karena kerasnya hisapan Ica hingga semua kontol saya masuk pada mulutnya. Beberapa menit telah berlalu dan saya sungguh tidak tahan dengan posisi tersebut.
“Gantian dong..” pinta saya pada Ica sambil saya berjongkok dan membuka CD merah mudanya serta menghisap vaginanya dan mencari biji kacangnya, menghisap dan menjilat sampai dalam vaginanya hingga semakin banyak cairan yang keluar dan Ica semakin merintih-rintih dalam posisi berdiri.
“Sst.. Isep.. Yang keras.. Di.. Sst..”
“Udah Di.. Sst.. Ayo..” rintihan dan celotehan Ica meminta saya untuk memasukkan si Ivan.Jr ke dalam vaginanya.
Kami sekarang berdiri tapi Ica menghadap ke tembok, saya singkap gaunnya dari belakang, dengan dibantu Ica saya berusaha menyodokkan kontol saya dari belakang pantatnya. Akhirnya masuk semua kontol saya dalam vaginanya, sodokan demi sodokan dengan cepat membuat Ica merintih meminta saya segera mengakhiri permainan itu, beberapa puluh menit kemudian..
“Sst.. Ayo.. Di.. Sst.. Keluarin..”
“Ica udah pegel nich sst..” rintih Ica lirih karena kami jarang melakukannya dalam posisi berdiri.
“Sst.. Aduh.. Akhkk..” Dan akhirnya croott.. croot.. Keluarlah lahar putih itu bersamaan dengan jeritan Ica.
Itulah malam terakhir kami sebelum Ica dan mamanya pindah ke Jakarta mengikuti tugas papanya yang saya dengar dipromosikan jadi general manager di sana. Selamat jalan Ica,sampai ketemu lagi lain waktu, dan kalau kamu membaca cerita ini, jangan lupa ya kasih komentarmu bagian mana yang kurang.
No comments:
Post a Comment